Naufal Fajrin JN
1 min readApr 16, 2021

--

BAGAIMANA JIKA KITA PUASA SETENGAH HARI SAJA SELAMA DUA BULAN?

Ramadan bersama Covid tidaklah jadi masalah, semakin longgar regulasi yang dikeluarkan pemerintah semakin sedikit pula kasus Covid. Benar, regulasi-regulasi hanya membuat manusia-manusia awam ini menjadi ketakutan dan was-was — ini hanya sekadar pengantar, ya, biar tulisan saya terkesan panjang. Padahal, poin yang hendak saya bahas di sini bukanlah tentang Covid.

Hari-hari panjang akhirnya kembali mempertemukan kami dengan Bulan Ramadan — atau bulan puasa. Sederhananya, kita tidak boleh makan dari terbit hingga tenggelamnya matahari selama sebulan.

Jika kalian pernah melewati masa kecil, tidak asing lagi ketika melihat sebuah kenyataan bahwa ada yang namanya puasa setengah hari. Iya benar, setengah hari saja, bro! Atau mungkin kalian pun masih sering melakukannya — hingga sekarang.

Bagaimana tidak, kami dulu bersemangat untuk melakukan puasa setengah hari karena merasa paling spesial kata orangtua. Berbuka di jam dua belas lewat satu menit, kadang sempat sahur di pagi hari pukul tujuh karena terlalu mengantuk untuk sekadar makan di waktu subuh — biasa, anak-anak.

Saya rasa, teman-teman yang saat ini telah menginjak usia sebaya dengan saya — di atas dua puluh tahun — sudah andal dalam melakukan praktik tersebut. Jika memang, kenapa tidak sebaiknya ilmu itu saja yang diaktualisasikan ketika sudah dewasa? Benar, puasa setengah hari selama dua bulan. Hitungannya sama, sama-sama puasa penuh namun dicicil di bulan selanjutnya.

Oalah, ternyata tidak bisa, ya. Keahlian itu rupanya tidak bisa digunakan di usia sekarang. Kecewa saya karena sudah latihan bertahun-tahun.

--

--

Naufal Fajrin JN

Resah ingin menulis, tapi tak bisa berpikir untuk tulisannya -- sebuah opini.